Minggu, 03 November 2013

...terjebak...

di Indonesia saat ini sedang marak nya ustadz - ustadz muda yang muncul di televisi, ada ustadz yang berjuluk ustadz cinta, ada ustadz yang ahli dalam membuat pantun, ustadz yang mepunyai yel - yel khusus, bahkan sekarang pun ustadz merambah ke dunia sinetron. Tidak mau kalah calon - calon ustadz pun di siapkan dan dikembangkan, salah satunya dengan adanya acara di salah satu stasiun televisi swasta baik untuk kalangan dewasa ataupun anak - anak.
Tidak salah memang dengan fenomena di atas, menarik untuk di cermati, materi yang disampaikan oleh para ustadz tersebut baik dan ada beberapa yang berisi, setidaknya mampu menyampaikan dakwah lewat media. Saya cukup takjub dengan keberanian para ustadz - ustadz muda tersebut, takjubnya adalah beliau - beliau mampu untuk menjaga dari penyakit hati.
Tidak mudah berdakwah di media televisi khususnya, karena serangan halus setan melalui hati untuk ingin dilihat tampil baik amatlah sangat mudah. Terlebih jika ustadz - ustadz tersebut sudah mempunyai fans, sedikit saja menyakiti perasaan para penggemar maka ustadz tersebut di caci maki oleh para penggemarnya sendiri. Tidak lama dari ingatan kita beberapa tahun silam ada satu ustadz (sebutlah ustadz A) yang cukup kondang di Indonesia, Kala itu beliau hadir di tengah - tengah masyaarakat Indonesia dengan menawarkan satu konsep dakwah yang cukup populer saat itu bahkan ada lagunya pun diciptakan dengan maksud agar mustami' (para pendengar) mudah mengingat ilmu tersebut di manapun berada. 
Kehidupan itu penuh misteri, tidak ada yang mengetahui takdir masa depan. Pada masa itu tiba - tiba Indonesia di hebohkan oleh keputusan ustadz A dengan menikahi seorang perempuan beranak satu, padahal ustadz A sudah berkeluarga dan dijadikan panutan oleh kebanyakan jama'ah. Yang terjadi setelah itu seperti perkiraan banyak orang, ustadz A mulai banyak ditinggalkan oleh para jama'ah nya. Apalagi fans ustadz ini kebanyakan ibu - ibu, hinaan - rasa kecewa muncul dari mereka. Poligami menjadi momok yang menakutkan saat itu.
Bukan poligami yang akan saya bahas di tulisan ini, tapi fenomena yang terjadi kepada para fans ustadz - ustadz di atas. Ternyata mengaplikasikan undzur ilaa ma qalaa wa laa tandzur ilaa man qalii (lihatlah kepada apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang mengatakan) kudu mempunyai ke-ikhlasan yang besar. Terlebih saya yang ilmu nya masih sedikit untuk mampu bersikap sebijak mungkin.
Semoga Allah selalu menjaga hati kita dari ke tidak ikhlasan dalam mencari dan mendapatkan ilmu, amiiiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar