Minggu, 29 Desember 2013

Pengorbanan dan kebakaran

Suatu hari terjadi kebakaran di suatu rumah, hampir seluruh anggota keluarga keluar untuk menyelamatkan diri dari lalapan si jago merah. Haru dan isak tangis menjadi suguhan kala melihat kondisi rumah yang sudah mulai tersapu habis, saat itu juga sang Ibu dan Ayah mencoba untuk menghitung anak – anak nya, dari 4 anak hanya tiga yang ada, anak terakhir yang masih berusia 2 tahun tidak terlihat dan setelah di cari ternyata masih ada di kamarny di rumah yang terbakar.
Sang Ibu saat itu langsung menangis dan berteriak minta tolong kepada orang sekitar untuk menyelamatkan anak bungsunya tersebut. Respon orang sekitar diluar dugaan karena tidak ada yang berani untuk masuk ke dalam rumah yang terbakar, tanpa berfikir panjang lagi akhirnya sang ayah lah yang menerobos lautan api untuk mencari dan menyelamatkan anak bungsunya tersebut. Saat mencari anak nya sang ayah tidak memperdulikan panas yang menyengat tubuhnya, tidak memperdulikan rasa sakit dari belahan kayu yang jatuh ke tubuhnya, sampai akhirnya anak bungsu tersebut mampu dikeluarkan dan terselamatkan dari serangan api.
Sesaat setelah menyelamatkan anak bungsunya, sang Ayah istirahat dan baru merasakan sakit di sekujur tubuhnya, rintihan kesakitan menjadi teman dari luka dari kulit yang terbakar. Sahabat yang saya cintai, cerita di atas merupakan gambaran dari proses kehidupan yang kita jalani. Saat kita mencoba melakukan aktivitas di luar tujuan pribadi yang muncul adalah energi di luar batas, seperti yang dilakukan oleh sang Ayah di atas, pengorbanan menjadi modal utama untuk melecut motivasi agar lebih maksimal lagi dalam berusaha, rasa sakit bukan menjadi penghalang untuk sebuah pengorbanan, rasa sakit adalah vitamin untuk effort yang lebih.
Sebaliknya, jika aktivitas yang kita lakukan terlalu berfokus kepada diri, maka yang terjadi adalah rasa sakit yang tidak kunjung padam. Terlalu berfikir untuk diri sendiri maka tidak akan merasakan nikmatnya pengorbanan. So, saat ini aktivitas kita disuguhkan untuk siapa? Apakah kita sudah melakukan pengorbanan?
Wallahu’alam bis shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar